aku dan anak-anak

Rumah terasa bagaikan pasar kalau anak-anak TK sudah mulai mulai masuk kembali. Rumahku yang berdempetan langsung denganTK dan pengajian selalu ramai dengan suara anak-anak. Hanya hari sabtu saja, baru bisa lowong. Tapi, pas malamnya ramai lagi dengan suara anak-anak remaja yang mengaji. Meskipun kadang ngerasa rungsing sendiri, apalagi kalau bagian anak-anak kelas 1,2,3 yang mengaji. Subhanallah masya Allah astaghfirullah ! mereka bisa menciptakan suasana pasar. Keheningan mereka baru bisa diatasi jika ibuku terjun langsung, hehehe. Aku sendiri, ngapain ya kalau di rumah? :D. Dua tahun lalu, aku rutin mengajar tanpa libur, menggantikan ibu. Ibu memegang pengajian di luar rumah dan aku bagian memegang anak-anak yang mengaji di rumah. mengajar gak ada libur itu...rasanya...hmm...ni’mat tenaan. Aku sangat menikmati bisa mengaji lagi meskipun dengan posisiku yang berbeda. Meski kadang lelah dan berharap bisa libur. Tapi, mengaji lebih menyenangkan daripada libur.( Untuk sekarang, aku hanya membantu mengajar, kalau sedang libur atau sedang ada di rumah. karena aku sudah mulai kuliah dan ngekos dekat kampus).

Karena aku berasal dari pesantren salafi yang mengaji sampai 5x sehari, jadi aku sudah terbiasa dengan rutinitas seperti itu. Selain itu, aku yang dididik disiplin, menjadi agak kaku waktu awal-awal mengajar. Banyak kesalahan yang aku perbuat. Karena bagaimanapun tidak dibenarkan jika seorang guru mengajar tidak sesuai dengan keadaaan anak-anak didik nya. Aku bisa dibilang agak keras ke anak-anak waktu itu. Seiring berjalannya waktu, aku terus memperbaiki caraku mengajar mereka. Kadang aku gak nyangka bisa bersikap..hmm..bisa dibilang keibuan. Hehehe


Begitu banyak kisah yang terjadi dua tahun lalu dengan mereka. Bagiku mencintai mereka adalah hal yang terpenting. Aku sering mengungkapkan rasa bangga ku, sedihku kepada mereka. Dan satu harapanku, mereka bisa terus mengaji sampai akhir hayat. Karena tidak bisa dipungkiri, masyarakat banyak yang menganggap enteng mengaji. Banyak diantara orang tua, yang membiarkan anaknya keluar masuk pengajian. Awalnya, anak-anak bisa mengaji tanpa harus diantar daftar oleh orang tuanya. Namun, agar mengaji tidak dianggapp sepele. Akhirnya ibu tidak mengizinkan anak-anak yang mengaji tanpa di daftarkan oleh orang tuanya. Selain itu, banyak anak-anak yang setelah selesai Sekolah Dasar (SD) langsung berhenti mengaji. Akhirnya banyak yang mengisi waktu dengan bermain usai sekolah. Aku  sedih kalau lihat anak-anak yang berhenti mengaji. Aku  tidak mengerti, mengapa saat seorang anak tidak bisa meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi banyak orang tua yang malu. Namun, ketika anaknya tidak bisa mengenal Tuhan nya, ajaran agamanya, mayoritas orang tua diam saja, tidak peduli. Dan aku hanya bisa memberi pesan kepada anak-anak yang masih mengaji, jangan pernah berhenti mengaji. Dimanapun kalian, tetaplah mengaji. Harus terus belajar ilmu agama. Kalian harus jadi orang-orang hebat. Jadilah dokter, jadilah insinyur, arsitek, pemain bola, guru, penyanyi, pelukis yang sholih dan sholihah  apapun cita-cita kalian wujudkanlah. Teteh hanya minta kalian jangan sampai berhenti mengaji. Sejauh ini, aku ingin bisa menjadi teman sekaligus guru mereka. Makanya, aku mengajar tidak terlalu formal. Oh ya, satu lagi kebiasaanku kalau mengajar. Aku jarang pakai baju yang rapih. Selalu pakai baju seadanya dan sering di demo sama abang dan ibuku. Hehehe. Tapi, kalau ibu..yang penting aku mengajar dengan baik. Ibu sering mengingatkan aku untuk segera memulangkan anak-anak jika sudah terlalu malam.  Ada sekitar 30 anak, dan kalau mereka mengahafal akan butuh banyak waktu ketika setoran hafalan. Karena memampuan mengahafal itu variatif jadi sering sampai malam nunggunya. Makanya sampai selesai jam 8-9 malam. Biasanya kalau udah gini, aku sering masuk angin.hehehe. nungguin anak-anak hafalan. Kalau sudah sisa 4 orang dan  mereka agak susah mengahafalnya, aku ambil langkah menuntun mereka. Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Lagu Tajwid

kumpulan lagu anak (Islami)

Perbedaan dan Persamaan Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer