hal yang tak terduga
Saya rasa di
bulan Agustus menjelang masuk kuliah ini, akan memberi saya pengalaman yang
sangat luar biasa. Dimulai dengan pengalaman sosialisasi Rapotivi di tanggal 2,
lanjut lagi mengajar di daerah yang cukup jauh, menjadi saritilawah di satu
acara pernikahan, yang saya gak nyangka acaranya luar biasa dan isi amplopnya
juga.hhe..
Nah, mungkin tuk
yang satu ini akan jauh berbeda, saya yang gak kepikiran tuk ikut mentoring
enterpreneurship di hari libur, akhirnya saya putuskan menyelamkan diri saya tuk ikut acara
ini, yang ternyata acara ini saya rasa akan kece sekali. Tepat di tanggal 10
Agustus jam 10, breafing dimulai. Breafing untuk apa? untuk mentoring
kewirausahaan di auditorium mandiri di tanggal 12. Saya merasa sangat
bersyukur, Allah menuntun langkah saya tuk ke kampus. Karena niat awal saya
adalah pulang kembali ke rumah, karena saya sudah cukup lama berkhalwat
(menyendiri) dikosan yang seperti goa ini. ko kaya goa ya? soalnya gak ada
jendelanya.hhe. dan pastinya saya akan merasa sangat menyesal jika saya memutuskan pulang kerumah. Karena kapan lagi bisa ikut dalam forum ilmu seperti ini. Terimakasih ya Allah..
Acara mentoring
enterpreneurship ini bekerjasama dengan Menpora, CEDeS, kementrian agama dan
banyak lembaga-lembaga lainnya. Ada satu hal menarik yang saya dapat dari salah
satu narasumber. Nama beliau Dindin Syafrudin, yang memang dari awal menarik
perhatian saya, karena tidak pernah melepaskan senyumnya, terlihat penuh
karisma dan ketawadhuan diri. Beliau menyampaikan, bahwa kita jangan sampai mempersempit
pengertian enterpreneur, karena yang termasuk kedalamnya bukanlah pengusaha
saja, lebih dari itu. Enterpreuner adalah seseorang yang mampu mengembangkan
diri dan kepribadian sehingga bisa menebar manfaat, meskipun jika ia sudah
meninggal. Jelas, ini dalah ilmu baru bagi saya. Beliau juga menyampaikan
beberapa keberhasilan seorang sosial enterpreneur founder rumah zakat, maaf
saya lupa namanya. Pak Didin bercerita, sang founder tersebut juga berhasil
mewujudkan rumah sakit dhuafa dengan pelayanan yang sangat baik sekali. Baik dokter,
perawat, petugas ambulance pokoknya semua bagian dari rumah sakit tersebut
rapih dan ramah. Karena dari awal sudah banyak diberikan pelatihan-pelatihan. Bahkan
justru banyak juga orang-orang kaya yang berobat ke rumah sakit tersebut,
karena nyaman dengan pelayanannya. Dan akhirnya menjadi donatur bagi rumah
sakit tersebut. Subhanallah ... saya jadi teringat cita-cita saya untuk
membangunkan rumah sakit tuk kaum papa. Mendengar cerita pak Didin membuat saya
makin bersemangat tuk mengikuti mentoring pada tanggal 12 Agustus nanti. Ada satu
hal penting lagi yang saya catat, rumus bisnis dari pak Yuni Pratikno beliau
salah seorang dosen UNJ sekaligus wirausahawan. Rumus yang beliau kasih, kita
tidak harus perfect baru berani berwirausaha, karena jika kita punya ide namun tidak
punya modal, kita bisa bekerjasama dengan pemilik modal yang mungkin tidak
punya ide, jika tidak ada waktu, maka kita bisa bekerjasama dengan partner yang
memiliki banyak waktu namun tak punya ide maupun modal. Jadi, tak ada alasan
tuk tidak berwirausaha. Beliau juga bercerita, memiliki bisnis pohon yang
digunakan tuk jadi serbuk kayu yang biasa digunakan tuk daleman furniture. Apa gitu
namanya, pokoknya serbuk kayu yang diolah. Pohon-pohon tersebut ditanam di
lahan seluas satu hektar, namun beliau
tida punya lahannya. Loh ko bisa,? Nah, balik ke rumus. Kalau punya ide gak
punya lahan, maka tinggal kerjasama saja dengan pemilik lahan.
Oh iya, ada satu
hal lagi yang saya rasa itu tidak kalah penting. Sebelum acara breafng dimulai,
saya menunggu di kursi dekat ruang theater. Lalu, dosen saya pak Rouf namanya,
menanyakan saya berkenaan peserta mentoring, yang memang beliau amanahkan saya
sebagi koordinasi. Na..h, pas beliau menanyakan pulpen, saya kelimpungan. Karena
saya dapat konfimasi hari ini cuma konfirmasi pendaftaran resmi, jadi saya
tidak menyiapkan alat tulis di tas saya. Yang ada hanya sepidol yang memang
saya bawa kemana-mana. Lantas pak Rouf bilang begini kesaya “Farihah, kamu ko
kesawah gak bawa cangkul” saya lantas senyum kikuk, hehehe. Ia pak, maaf
..nanti mah saya bawa cangkul pak. Kalau sudah begini saya jadi inget nasihat
syekh Azzarnuji rahimahullah, bahwa seorang pelajar harus senantiasa membawa
alat tulis kemanapun, karena ilmu bisa didpat dimana saja. Agar ilmu tersebut
terus kita ingat, harus dicatat. Karena ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan
menuliskannya adalah pengikatnya. J
Komentar
Posting Komentar