LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender)

Dan (Kami telah mengutus ) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum mu”. (Q.S. al ‘Araf:81)

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (Q.S. al ‘Araf:82)

Membaca kedua firman Allah diatas mengingatkan kita akan satu hal. Ya ! LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender). Selain memang sejarah mencatat  asal-usul bahrul maut adalah bukti kemurkaan Allah, atas kedurhakaan kebanyakan kaum Nabi Luth a.s yang lebih memilih bertahan dengan kebiasaan menyukai sesama jenis*. 

Saya sangat amat setuju untuk menghargai satu sama lain. Dari golongan manapun. Sangat setuju. Sekali lagi sangat setuju akan hal itu. Dalam mengaplikasikan wujud menghargai, saya menjadikan pegangan satu hadits Rasulullah saw yang berbunyi “unshur akhooka zhooliman au mazhluuman” tolonglah saudaramu yang berbuat zholim atau yang dizholimi. Awalnya saya bingung dengan hadits ini. Kalau nolong yang dizholimi saya ngerti . Tapi, ko kita juga harus nolong yang menzholimi. Ternyata haditsnya masih ada terusannya. Kala itu seorang sahabat bertanya “bagaimana cara kita menolong orang yang menzholimi?” Rasulullah saw menjawab “yaitu dengan menghentikannya dari berbuat zholim.

Sebenarnya sampai sekarang saya masih bertanya-tanya, apakah kita diberi hak untuk memilih antara berbuat kebaikan atau berbuat keburukan atau tidak ya? Kalau dilihat dari firman Allah “laa ikrooha fid diin”  saya mikirnya. Ya, tidak ada paksaan untuk masuk ke dalam agama Islam. Namun, ketika kita memilih agama Islam sebagai agama kita. Maka berlaku pula “udkhuluu fis silmi kaaffah”. Jadi, untuk memilih agamanya tak ada paksaan. Tapi, ketika kita sudah masuk. Kita harus benar-benar komitmen menjalankan petunjuk yang ada. Kembali lagi, saya masih bertanya-tanya.

LGBT. Masalah ini tetap akan menimbulkan perbedaan pendapat meskipun ditinjau berdasarkan tinjauan yang sama, yakni berdasarkan HAM. Apa pasal? Definisi HAM bagi setiap orang berbeda. Ada yang mendefinisikan berdasarkan nafsu semata. Ada pula yang mendefinisikan berdasarkan pandangan agama. Tadi pikiran saya melambung. Sedikit nyengir juga. Mungkin karena Rasulullah saw di anugerahi mu’jizat al-qur’an yang juga sebagai kitab penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Makanya umat beliau jadi mix gini. Semua model umat terdahulu ada di zaman beliau. Saya membuat tulisan ini, benar-benar tidak bermaksud untuk merendahkan golongan LGBT ini. Saya hanya mencoba untuk mengingatkan. Bagi saya, ketika seorang insan memilih jalan hidupnya. Mau kemana, bagaimana itu terserah. Namun, keputusan saya dalam kata “terserah” bukan berarti melepas tanpa mengingatkan.

Mari sama-sama kita renungkan. Allah telah menciptakan segalanya berpasang-pasangan. Sempurna sangat indah sekali. Kanan-kiri, depan-belakang, langit-bumi,siang-malam, kecil-besar, tua-muda, pria-wanita dan begitu banyak pasangan yang lainnya. Dalam buku samudera al-Fatihah Dr. Ben Arifin menuliskan, jika dunia ini hanya ada siang pasti bumi akan meleleh. Atau Allah hanya membuat malam tanpa henti pasti dunia akan membeku. Ketika kita mencoba untuk mendobrak pintu aturan Tuhan apakah masih pantas untuk kita mengagungkan hak asasi manusia? Yang dengan itu kita melupakan hak Tuhan. Tuhan gak minta yang macam-macam. Ia hanya ingin kita hidup dengan adil. Dimana wanita diciptakan untuk berpasangan dengan pria. Sebagaimana firman Nya dalam surat al-Hujurat. Tuhan memberikan jalan agar kita bisa mendapatkan hidup yang baik setidaknya dengan itu kita bisa memiliki keturunan. Kita diberi begitu banyak kelebihan, agar bisa hidup lebih baik dibandingkan dengan makhluk yang lain. Namun jangan sampai kelebihan itu kita jadikan untuk melecehkan diri kita sendiri dengan melakukan hal yang hewanpun tidak melakukannya. Sungguh saya hanya merasa sangat prihatin, mengapa ini semua bisa berkembang. Ingatlah hubungan Lesbian, gay adalah zina. Merubah ketetapan Allah adalah dosa besar. Agama sangat mengharamkan hal ini. Tidak-tidak ! bukan agama. Tuhanlah yang mengharamkan. Tuhan mengharamkan ini. Karena akan sangat fatal akibatnya. Jadi, ini bukan untuk Tuhan. tapi kembali lagi pada diri kita sendiri. Ini untuk kebaikan kita. Untuk kebaikan keturunan kita kelak. Sehingga memiliki nasab yang jelas. Sehingga keturunan kita tidak harus menikah berwalikan orang lain. Tuhan ingin yang terbaik untuk kita. Hanya itu.

Apakah dengan alasan HAM, kita juga akan berfikir bahwa kitalah yang maha tahu akan apa yang terbaik untuk kita? Sementara Tuhan hanyalah pihak yang entah urutan ke berapa. Yang maha tidak tahu akan apa yang terbaik untuk kita. Sungguh kawan, kita akan merugi jika terus bersikeras dalam hal ini. Sungguh akan sangat indah jika kata “terserah” bukan berarti melepaskan secara penuh dari kewajiban saling mengingatkan. Karena Allah memberi pesan untuk itu dan Karena hanya Allahlah yang bisa membulak-balikkan hati manusia. Akhirnya, kadang hal-hal paradoks itu hanya bisa tuk diterima, tidak untuk dimengerti.

Saya berharap Indonesia tidak melegalkan LGBT, sudah cukup bangsa barat yang melakukan hal itu. Lebih dari itu, saya tetap setuju. Tetap harus memanusiakan manusia tanpa pilih. Tetap harus saling menghargai. Karena dengan jalan itu saya berharap kawan-kawan LGBT bisa kembali melihat kasih sayang Allah dalam hal ini.

Tentu masih banyak hal dari diri saya yang harus diperbaiki. Sangat banyak. saya harap senantiasa bisa terus mendapat nasihat dan diingatkan ketika saya khilaf. Itu adalah hal yang paling berharga. :)


“......’asaa ang takrohuu syai aw wahuwa koirul lakum. Wa’asaa ang tuhibbuu syai aw wahuwa syarrul lakum..” (Q.S. al-Baqarah:216)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Lagu Tajwid

kumpulan lagu anak (Islami)

Perbedaan dan Persamaan Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer