Pejuang




“Semangat bapak ini untuk tetap bertahan hidup, benar-benar menjadi pelajaran berharga bagi saya”

Di malam Sabtu, seingat saya saat itu pukul delapan malam. Saya berjalan dari zona situ gintung hendak pulang ke kosan usai latihan basket FSH. Dari kejauhan saya melihat lemari yang di bopong oleh seorang bapak. Entah sudah berapa lama bapak itu membopong lemari pakaian ukuran 1,5x 1 meter itu. Belakangan ini saya sering lihat bapak-bapak yang menjual lemari pakaian dengan cara seperti itu. Berkeliling sekitar perumahan warga dan kosan mahasiswa. Langkah bapak itu tidak lambat, justru cepat sekali. Saya harus berusaha berjalan lebih cepat agar berada tidak jauh dari bapak itu.


Saya rasa memang hal yang rasional sekali, terlalu kejam jika masih ada orang yang membeli barang-barang mahal hanya untuk gaya-gayaan atau bahkan kemudian barang-barang mahal itu di sia-siakan begitu saja, karena merasa gampang dapetinnya. Sementara disisi lain begitu banyak orang yang harus berusaha keras untuk mendapatkan sesuap nasi atau bahkan uang 1000 rupiah. Seorang teman pernah cerita ke saya, “pokoknya saat aku meremehkan uang 10 ribu yang ku miliki, ku ingatkan diriku betapa banyak orang yang berusaha keras untuk mendapatkan uang sejumlah itu. Dan nggak ada kepantasan atasku untuk kufur akan ni’mat sebesar apapun itu.”
Saya sering takut tidak bisa menjalani hidup, bisa  dibilang saya takut hidup. Entah, kemana iman saya. Seolah tidak yakin bahwa Allah akan senantiasa memberikan rezeki kepada hamba-Nya. Melihat begitu banyak sosok seperti bapak penjul lemari ini, menjadi cambuk bagi saya. Mereka saja tetap berjalan berusaha menjual sesuatu pertanda kayakinan pada Allah yang akan memberi rezeki, meski belum tahu lemari itu kan terjual atau tidak. Betapa luar biasa iman mereka. Pun dengan ibu penjual pecel yang sering melitas di depan kosan. Dengan luar biasanya, berjualan keliling dengan beban yang tidak ringan di pundak dan kedua tangannya. Atau ibu-ibu penjual nasi goreng dan kue, yang setiap pagi berteriak “nasi goreng, ka.. nasi gorengnya ka” “kue..kue…”

Hati ini sakit sekali melihat kenyataan tersebut, terlebih saya belum bisa membantu. Dalam hati saya sangat berharap, kelancaran rezeki dan kemudahan serta kasih sayang Allah selalu atas mereka. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Lagu Tajwid

kumpulan lagu anak (Islami)

Tanya Ustadzah Halimah Part 1